Rabu, 05 Oktober 2011

Rock Bergema di Kota Solo

Di masa lampau Alun-alun Utara Keraton Solo berfungsi untuk membariskan prajurit saat mereka berangkat perang. Selain itu alun-alun yang menjadi bagian dari Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat ini juga tempat rakyat berkumpul mendengarkan pengumuman penting.

Berabad-abad kemudian di tempat yang sama, prajurit dan rakyat kembali berkumpul. Para prajurit tak lagi bersenjatakan tombak, pedang maupun panah. Melainkan gitar, bass, drum, dan mikropon. Rakyat pun berkumpul mendengarkan "pengumuman" dari sang penyampai pesan, vokalis band. Pesan disampaikan dengan perantara "pertarungan" gitar, drum dan bass yang menghasilkan nada berdistorsi tinggi. ROCK!!!

Sabtu (17/09) pagi matahari belum lagi memperlihatkan kegarangannya. Namun Metalheads dengan seragam kebesaran berwarna hitam dari berbagai penjuru mata angin mulai menuju alun-alun utara. Mereka menghadiri Rock in Solo ke-5, setelah sukses diselenggarakan empat kali sebelumnya pada tahun 2004, 2007, 2009 dan 2010. Di pagelaran kelima ini, the ThINK bekerjasama dengan Tecma Advertising mengangkat tema Heritage Metal Fest. Rock in Solo merupakan event tahunan ditasbihkan menjadi event metal fest terbesar di Jawa Tengah.

Pukul 10.45 genderang "perang" pun dimulai. 4 panggung musik dihadirkan. Namun satu panggung utama disisakan untuk acara puncak pada malamnya. Stage D menjadi panggung bagi band-band polling asal Solo seperti Death Stumble, Blood Diamond, Sisi Selatan, Dankeray, Defragment Otak, Tangan Nggratil, Black Hot Company, dan Brhobosan. Selain itu ada juga Lost Another, End of Your Life, Nosferatu, Octopus, Pesakitan dan Lamphor yang berasal dari Jakarta serta seputaran Jawa Tengah. Walau hanya disaksikan tak sebanyak panggung lain, namun atas nama rock mereka tetap bersemangat. Bukan tak mustahil, salah satu atau bahkan semua mereka akan menjadi besar kelak.

Jadwal Stage B dan C berlangsung di saat yang bersamaan. Namun ini tak menghalangi metalheads yang semakin memadati alun-alun utara untuk menikmati setiap penampil. Silih berganti mereka mondar mandir ke setiap panggung. Namun ada juga yang lebih memilih untuk bertahan di satu panggung menanti band favoritnya tampil. Screaming School asal Semarang menjadi pembuka pentas Stage B sedangkan Enforced (Solo) di Stage C. Matius 3:2 dan Never Again di giliran berikutnya.

Selepas break dzuhur, Crucial Conflict mengambil alih. Di tengah hari Solo yang terik, mulai ada riak di antara penonton. Gelombang kecil headbang dan crowd surfing mulai berlangsung. Fat in Diet asal Ungaran dengan format dua vokalis, lelaki dan perempuan, pun kemudian menjajal Stage C. Vokalis A.L.I.C.E asal Bandung sempat menaiki rigging dan mengakhiri pentas dengan aksi gitarisnya menggesek gitar ke speaker. Too Late To Notice menarik perhatian metalheads dengan musiknya dan membagikan CD.

Madonna of the Rocks dengan Amira di garda depan, menyemburkan screamo di stage B. Disusul grindcore oleh Extreme Decay yang menambah ganas gelombang crowdsurfing. Namun sayang hal yang sama tidak terjadi ketika Spirit of Life tampil. Tidak halnya dengan Bandoso, band gothic senior asal Solo, yang kembali memancingheadbang. Sementara Suri dengan personel tiga orang menggairahkan Stage B dengan musik rock yang bersinggungan blues.

Turbidity asal Bandung dengan death metal menghantam metalheads yang semakin kepanasan untuk "berdansa". Debu semakin tebal beterbangan. Begitu juga dengan semangat grindcore yang dilontarkan oleh Raja Singa yang sempat mengajak vokalis Komunal, Doddy Hamson, menyanyikan lagu 'Balada Sumanto'. Disusul dengan band hardcore asal Jogja, Something Wrong, yang melantunkan lagu-lagu berbahasa jawa. Setelahnya Gigantor yang mengusung tagline we were chosen to destroy ini menghantam tanpa ampun. Trash adalah "kepercayaan" yang mereka anut untuk disampaikan kepada "umat".

Ketika break Ashar, sebuah peristiwa langka terjadi. Tampilnya pasukan drum band Kasunanan Surakarta yang hanya keluar di acara-acara khusus keraton. Menjelang pukul empat sore, tetesan air dari langit sempat turun. Namun Tuhan sepertinya merestui matahari untuk tetap menyinari Rock in Solo. Ishtar mencerahkan sore dengan vokalisnya, Binna, mengenakan long dress merah. Kontras dengan personel lainnya yang mengenakan pakaian hitam. Band asal Korea Selatan ini membawakan genre symphonic power / gothic metal.     

Enforce asal Australia yang menghantarkan genre trash menyuguhkan permainan musik yang cepat. Atraksi solo gitar beberapa kali dipamerkan yang disambut decak kagum metalheads. Sore semakin sempurna ditutup dengan membanjirnya metalheads yang "beribadah" headbanging dan crowd surfing. Adalah band asal Swedia, Deranged, yang menjadi provokator semua kegilaan tersebut. Ribuan devil horns pun diacungkan ke udara menghiasi langit sore alun-alun utara.



Setelah jeda selama hampir dua jam, Rock in Solo pun berlanjut. Sekitar sepuluh ribu metalheads pun berpindah kiblat ke Stage A sebagai panggung utama. Oathen asal Korea Selatan membombardir metalheads yang sepertinya menyambut sedikit dingin. Lain cerita ketika Down for Life sebagai tuan rumah naik pentas. Kontan seluruh Pasukan Babi Neraka (sebutan penggemar Down for Life) yang hadir tunduk pada "titah" sang tuan. Tak tampak kelelahan Stephanus Setiaji alias Adji ketika mikropon sudah digenggamannya. Padahal Adjie adalah termasuk salah satu Dewan Jendral Rock in Solo yang paling sibuk dalam acara yang disebutnya sebagai silaturami metal ini.

Para Begundal kemudian mendapatkan gilirannya. Band asal Ujung Berung Bandung, Burgerkill, naik tahta. Kompak mengenakan kaos merah bergambar logo album terbaru, Venomous. Begundal dengan ikhlas melakukan circle pit yang menyebabkan debu-debu berterbangan menghiasi udara malam. Vicky menunaikan tugasnya dengan baik, melontarkan lirik-lirik beracun khas Burgerkill. Berbagi tugas dengan Ebenz dan Agung (gitar), Ramdan (bass) dan Andris (drum) yang menyuguhkan distorsi bertegangan tinggi.

Sebuah kejutan menyenangkan ketika Rock in Solo dihadiri salah satu metalheads istimewa. Walikota Solo, Joko Widodo, yang juga gandrung kepada musik rock hadir sebagai bentuk dukungan. Tanpa ada seremonial atau pun protokoler resmi nan kaku, Joko Widodo asyik berdiri di depan panggung membaur bersama rekan-rekan media dan penonton. Selama hampir dua jam, walikota Solo yang malam itu mengenakan kaos Lamb of God melihat penampilan Kataklysm dan Death Angel. "Saya inginnya tahun depan kalo bisa Rock in Solo mendatangkan Metallica atau Lamb of God," harapnya ketika ditanya oleh pembawa acara. Ah seandainya banyak figur pemimpin yang seperti ini. Pak Joko Widodo, you rock!!!

Band asal Kanada, Kataklysm, sepertinya adalah salah satu co-headliner luar negeri yang ditunggu. Ini adalah kedatangan mereka pertama kali ke Indonesia dan juga Asia Tenggara. Sepertinya mereka ingin meninggalkan kesan di benak metalheads Indonesia. Personel Kataklysm menghambur-hamburkan energi death metal tanpa kompromi. Sempat ada kesalahan teknis yang menghentikan pentas mereka selama beberapa menit. Namun setelahnya, Maurizio Lacono dan personel lainnya kembali menghajar telinga dengan dentuman musiknya. Permainan cepat tanpa basa basi.

Sebagai pamungkas, Death Angel, menjadi headliner Rock in Solo tahun ini. Meski jumlah penonton menyusut namun tak menghalangi mereka untuk bersenang-senang. Meski sepertinya sempat kesal dengan mik yang bermasalah, Mark Osegueda akhirnya tetap saja berteriak seolah tak ada masalah. Rambut gimbalnya menari-nari di udara ketika Mark melompat dan headbang. Di sisi kanan panggung, Rob Cavestany memainkan dan mengacungkan gitarnya ke arah penonton seolah tengah menembakan rentetan peluru dari senapan. Bersama-sama Ted Aguilar, Damien Sisson dan Will Carroll menyuguhkan trash metal. Sempat melakukan aksi standar pura-pura meninggalkan panggung untuk kemudian muncul lagi.  Encore tiga lagu.

Rock in Solo Heritage Metal Fest 2011 pun berakhir dengan silamnya Death Angel ke balik panggung. Metalheads pun berpencar ke berbagai penjuru mata angin untuk pulang ke kediaman masing-masing. Tidak ada insiden perkelahian terjadi. Hal ini membuktikan bahwa dibalik kerasnya musik rock, semangat persaudaraan adalah di atas segala-galanya. Semoga dengan suksesnya Rock in Solo tahun ini dapat mewujudkan keinginan agar tahun depan berlangsung selama 3 hari. Serta mimpi untuk menjadikan Rock in Solo sebagai ajang Wacken Open Air-nya Solo dapat terealisasikan.

See you next year, metalheads \m/

(Ghiboo)​

Tidak ada komentar: